The Marriage between Sains and Art

Sabtu, 18 Maret 2017

Memori Tentang Kakek

Aku mengingat dengan baik bentuk kacamatamu, kek
Bentuknya bulat, agak besar dan berwarna coklat
Aku bahkan hafal betul model celana panjang dan baju yang biasa engkau kenakan
Aku tahu kau sering datang tengah malam ke rumahku, ibuku, anakmu, akan membukakan pintunya untukmu, kemudian kau akan makan dengan lahap, dengan lauk apa saja yang disediakan ibu

Memori itu mulai berloncatan saat aku tiba di stasiun siang tadi
Aku melihat seorang kakek yang membelikan mainan untuk cucunya
Sang cucu kegirangan, dia langsung memeluk kakeknya dan memamerkan mainan itu kepada ibunya
Aku? Aku tak sengaja meneteskan air mata,
Aku merindukanmu,

Sejak 2012 lalu, aku tahu segalanya hanya akan menjadi cerita yang sudah selesai
Aku yang saat itu duduk di bangku kuliah tingkat 1,
Tak kuasa menahan tangis, sambil meminta izin kepada asisten praktikum untuk tidak mengikuti acara praktikum di hari itu
Aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kali
Aku ingin segera menemuimu, sebelum tubuhmu menyatu dengan tanah
Sekarang aku sudah bekerja, kau bahkan belum 'menikmati' uangku
Aku ingin membelikan apa saja yang kau inginkan
Seperti yang dulu kau lakukan untukku

Kau ingat , kek?
Saat ayah tak bisa menjemput, kau rela menjemputku seorang diri ke pondok pesantren, tempat dimana aku mengenyam pendidikan SMP ku
Kau mengantarku pulang ke rumah dengan bis antar provinsi, memakan waktu hingga 8 jam lamanya
Di tengah perjalanan, kau akan membelikanku makanan apapun yang aku minta, dari uang pensiunan yang kau punya
Kau ingat, kek? Favoritku adalah manisan mangga yang dipikul pedagangnya
Saat bersama ayah, aku tak mungkin bisa mendapatkannya, kata ayah itu pakai pemanis buatan, ah tapi aku tak peduli, itu kesukaanku
Bersamamu, aku bisa mendapatkan manisannya

Kau ingat, kek?
Saat aku berumur enam tahun
Kau mengantarku berkali-kali ke dokter gigi
Saat itu gigi gerahamku harus dicabut untuk membiarkan gigi baru tumbuh dengan baik
Aku ingat kek, pada kunjungan dokter yang ke lima gigiku baru berhasil dicabut
Aku selalu menolak dan menangis saat dokter mencoba mencabut gigiku
Tapi kau dengan sabar mencoba membujukku, kau mengantarkanku kembali ke dokter, berulang kali
Saat itu aku hanya ingin pergi denganmu, bukan dengan ayah dan ibu
Aku merindukanmu, kek.

Meskupun kau sudah tua, namun kau selalu terlihat bugar
Jalanmu gesit, kau tak pernah terlihat ringkih
Karenanya aku tak menyangka ternyata kau punya penyakit jantung, yang akhirnya membawamu 'pulang'
Semoga kau bahagia di tempat barumu, kek
Semoga Allah tempatkan engkau di surgaNya, aku tahu kau orang baik
Allah pasti menempatkan kau di tempat terbaik
Maafkan aku jika sering merepotkanmu
Terima kasih telah menjadi kakek yang luar biasa
Aku menyayangimu!




Read More

Sabtu, 11 Maret 2017

Tips and Trick : How to Isolate Fastidious Bacteria

Di blog kali ini gue mau sharing sedikit ilmu yang gue punya, tentang tips and trick gimana caranya isolasi dan identifikasi fastidious bacteria- disini gue mau bahas untuk Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) dan Haemophilus influenzae (Hi). Semoga bermanfaat ya. Gue juga masih belajar nih, jadi mohon maaf kalo masih banyak kurangnya. Oke gue akan bahas jadi 3 bagian ya : sample collection, media preparation, dan lab analysis. Langsung aja ya teman-teman. Check it out!

Suspect colony Streptococcus pneumoniae
(Dokumentasi pribadi)

Haemophilus influenzae 
(Dokumentasi pribadi)

1. Sample Collection
Pertama tentang sample collection. Kalau selama ini sih gue ngerjain sample carriage, berupa nasopharyngeal swab (NP Swab). Sebenarnya sampelnya bisa macem-macem, bisa dari darah atau cerebrospinal fluid (CSF) juga. Pada pasien sepsis/bakterimia biasanya sampel yang diambil berupa darah, sedangkan untuk pasien meningitis diambil dari CSF.
Sample collection ini penting banget, teman-teman. Sangat penting untuk diperhatikan, karena kalau pengambilannya ga bagus, bakterinya juga akan keambil. Misal nih kalau dari NP Swab, kita harus memastikan kalau cotton swab-nya memang sudah mencapai nasofaring. Kalau cotton swab masuknya masih kurang dalam dan tidak mencapai nasofaring, akibatnya bakteri yang banyak tumbuh justru akan Staphylococcus, sedangkan S. pneumoniae dan H. influenzae yang memang flora alami nasofaring tidak ikut terambil. Bisa juga terambil, tapi jumlahnya mungkin mudah 'rentan' dan 'kalah' jika digabungkan dengan bakteri lain, tentunya kalau sudah di luar tubuh ya. Cara untuk memastikan agar swab masuk ke dalam nasofaring adalah dengan mengukur jarak dari hidung ke telinga, lalu bisa ditandai dengan spidol di swab-nya. Jarak tersebut lah yang menandai panjang swab yang harus masuk. Meskipun menimbulkan kondisi yang tidak nyaman, namun jika pengambilannya dilakukan secara benar, maka pengambilan sampelnya hanya beberapa detik saja. Indikator keberhasilannya adalah orang yang diswab akan 'menangis'. Jahat ya bikin orang nangis.

Nasopharyngeal swab 
(https://i.ytimg.com/vi/DVJNWefmHjE/hqdefault.jpg)

Setelah swab selesai dilakukan maka cotton-swab dipotong dengan gunting steril (dibersihkan dengan alkohol swab terlebih dahulu). Panjang cotton swab yang dipotong lebih kurang sekitar 2 cm, sehingga dapat masuk ke dalam media STGG (Skim milk, Tryptone, Glucose and Glycerol) yang telah disiapkan dalam cryotube. Media STGG adalah media penyimpanan bakteri yang paling baik selain darah. Media ini lebih nutritious dibandingkan BHI (Brain Heart Infusion) yang selama ini biasa digunakan. Gue inget perkataan trainer gue dari US: "When you store the bacteria in STGG media, keep them in -80. It will be forever. They will live forever. You will die first". Sampe segitunya ya hehe
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media STGG adalah jangan disterilkan pada suhu yang terlalu tinggi, karena protein dari skim milk dan glucose nya akan rusak. Warnanya akan coklat. Salah satu ciri media STGG yang baik adalah warnanya kuning pucat. Jadi cukup diautoclave pada suhu 115C selama 10 menit. 
Untuk media STGG yang akan digunakan selama satu minggu, maka cukuplah hanya disimpan di suhu kulkas 4C, sedangkan untuk penggunaan yang agak lama (misal kita ingin collecting sampelnya satu bulan ke depan), maka bisa disimpan di -80. Penyimpanan media STGG yang akan digunakan di suhu 4C akan sangat memudahkan kita, karena jika akan digunakan dan disimpan pada suhu -80, butuh waktu yang lama untuk membuatnya thawing. Bakteri juga bisa mati kalau ada temperature shock. Bayangkan saja mereka lagi asyik di nasofaring dengan suhu tuuh kita yang 37C, kemudian tiba-tiba dimasukan ke STGG yang masih dingin dengan suhu 2C misalnya. Kalau di suhu 4C mudah untuk membuatnya tidak dingin dan siap untuk digunakan. 

2. Media Preparation
Ini juga penting banget! kenapa? ingat, yang akan kita dapatkan adalah fastidious bacteria. Mereka ga bisa tumbuh kalau medianya ga cukup kaya. Apalagi untuk H. influenzae, coklat agar yang dibuat harus sempurna. Oke disini gue akan bagi jadi dua bagian, bagian pneumokokus dan Hi.
Untuk pneumokokus mereka ditumbuhkan di media blood agar (BA). Sebenarnya membuat BA cukup mudah, hanya saja ada beberapa tips agar pneumo yang tumbuh gemuk-gemuk dan subur hehe
Jika media BAnya tidak cukup kaya, pneumo yang tumbuh akan menjadi sangat kecil dan terlihat kering. Kalau hal ini terjadi, tentu akan sangat mengganggu tahap identifikasi. Morfologi khas pneumo berupa 'flat-deprressed center' atau cekung di bagian tengah dengan tekstur koloni yang smooth, tentu tidak akan bisa terlihat. Selain itu, jika ternyata ada dua serotipe (pembagian jenis penumokokus berdasarkan struktur kapsul polisakarida yang dimilikinya) pneumokokus dari satu sampel, tentu tidak akan jelas dibedakan jika medianya kurang baik. Mereka akan sama-sama kecil dan kering, hal ini akan menyebabkan data yang diperoleh akan bias.
Tips bertama untuk membuat BA adalah, homogenkan darah dengan sempurna sebelum menuangnya ke agar broth. Kenapa ini penting? karena kalau kurang homogen, medianya akan berwarna orange. Artinya si media hanya kebagian plasmanya aja. Jadi kalo bisa darahnya ditaruh di botol duran terus di putar-putar perlahan hingga darahnya homogen. Toh yang pneumo suka sel darahnya, bukan plasmanya. Dan perlu diperhatikan, jangan menggunakan darah manusia, karena didalamnya lebih banyak antibodi yang menghambat pertumbuhan bakteri. Kalo gue biasa pakai darah domba, kalau domba ga ada darah kuda bisa. Tips kedua untuk BA adalah jangan menuang darah ke agar broth yang terlalu panas. Kenapa? karena nutrisi di darahnya akan rusak. Warna darahnya juga akan menghitam. Untuk memastikan kalau kita menuangnya tidak terlalu panas adalah dengan meletakan erlenmeyer agar broth ke nadi yang di lipatan tangan (namanya apa sih), karena kalau hanya dipergelangan tangan sensor panasnya kurang peka. Kaya kamu ga peka, iya kamu. Oke fokus. Kita lanjut. Jadi setelah kita rasa cukup hangat, maka darah bisa dituang. Untuk BA bisa pakai columbia agar, Tryptone Soya Agar (TSA) dari Oxoid, atau Trypticase Soy Agar dari BD. Untuk TSA dari BD mereka punya TSA II juga, atau dikenal sebagai TSA modification. TSA II ini punya tambahan growth factor. Kalo gue lebih recommend yang TSA II ini, karena pneumokokus yang tumbuh jadi lebih besar, aktivitas alfa haemolytic-nya juga lebih jelas.  Bagus banget buat membedakan kalau memang ada double serotype. Ohiya untuk persentase darah gue biasa pakai 8%, sebenarnya sih 5% juga sudah cukup baik. Tapi mereka ga akan protes kan aklau nutrisi yang tersedia lebih banyak. Seperti kita, kalau memang makanan yang diberikan lebih banyak, ga akan protes kan? hehe Intinya sih bakteri bahagia, kitapun bahagia lah!

Blood Agar (Kanan; TSA II 8% darah, Kiri;TSA II 5% darah) 
(Dokuemntasi pribadi)

Sedangkan untuk coklat agar sebagai media pertumbuhan H. influenzae yang perlu diingat adalah bahwa bakteri ini perlu faktor X dan V untuk bisa tumbuh. Maksud faktor X disini adalah hemin, sedangkan faktor V adalah nicotinamide adenine dinucleotida (NAD). Untuk menyediakan hemin gue biasanya menggunakan darah yang dipanaskan, ini ternyata lebih bagus dibandingkan pakai hemoglobin bentuk powder. Gimana cara membuatnya? Jadi setelah media diautoclave dengan suhu 121°C selama 10 menit, segeralah diletakan di water bath dengan suhu 70°C. Oia gue lupa bilang, gue biasanya pakai GC agar dengn 8% sheep blood. Naah setelah suhu media sudah stabil di 70°C, maka darah dapat dimasukan, setelah itu dihomogenkan dan dipanaskan lagi di suhu 70°C. Kemudian didiamkan sekitar 20 menitan. Indikator media siap dituang adalah warnanya yan berubah menjadi coklat susu, seperti susu milo hangat (jadi mau hehe). Jika warna medianya masih warna coklat tua, berarti masih toksik, dijamin Hi ga akan mau numbuh. Manja ya? Memaang!

3. Lab Analysis
Identifikasi bakteri apapun dimulai dengan teknik streaking yang baik, sehingga dilusinya dapat berjalan. Ketika dilusinya berjalan, maka single colony bisa didapatkan. Untuk identifikasi pneumokokus bisa dilihat dari koloninya yang memiliki morfologi flat-depressed center, terlihat shiny, smooth, dan memiliki aktivitas alfa hemolitik (dilihat dari zona kehijauan disekitar koloni). Sedangkan Streptococcus lain biasanya lebih kecil dan struktukrnya lebih kering. Setelah didapatkan koloni yang suspect pneumokokus, tahap selanjutnya adalah dites dengan optochin disk (ethylhydrocupreine hydrochloride). Oia jika ditemukan morfologi koloni suspect pneumokokus yang berbeda, maka seluruhnya hars dipick untuk tes optochin ya. Misal kita menemukan koloni yang lebih besar dan lebih kecil, keduanya tentuk tetap memiliki karakter pneumokokus ya. Kalau yang tumbuh white colony tanpa aktivitas alfa hemolitik, ya tidak usah dipick ya hehe.
Setelah koloni dipick dan dites dengan optochin disc, kemudian plate diinkubasi  pada suhu 37°C dengan 5% CO2. Positive result dapat dilihat dari zona jernih yang muncul setelah 18-24 jam inkubasi. Jika tidak ada zona jernih yang terbentuk, sedangkan koloni yang tumbuh memiliki karakter seperti pneumokokus, maka dapat dilakukan bile solubility test. Pneumokokus akan larut sempurna di dalam sodium deoxycholate.

Streptococcus pneumoniae 
(Dokumentasi pribadi)

Sedangkan H. influezae mimiliki karakter opaque, creamy dan memiliki bau yang khas. Jika sudah ada suspect colony maka dapat dilakukan uji identifikasi lainnya, seperti X and V factor. Hi hanya akan tumbuh di XV disk. Jika sampel yang kita uji hanya tumbuh di faktor X atau V saja, maka dapat dipastikan bukan H. influenzae. Setelah itu dapat dilakukan uji oksidase, Hi akan menunjukan hasil positif pada uji oksidase. Selanjutnya dpaat dilakukan gram staining, Hi adalah bakteri gram negatif. Jika hasil kulturnya bagus, sehingga Hi bahagia, kita dapat melihat bentuk pleomorfik bakteri ini. 

Alur Identifikasi H. influenzae 
(https://www.cdc.gov/meningitis/lab-manual/images/chapt9-figure03-view.gif)

Read More

Kamis, 09 Maret 2017

Sainsart : The Marriage between Sains and Art


Gue adalah sarjana biologi UNSOED 2011, lulus 2015 (sudah dua tahun yang lalu, mulai merasa tua). Dari awal emang sengaja mau masuk sana, dan ga nyesel sama sekali bisa kuliah disana. Menurut gue pribadi, visi dan misi Fakultas Biologi Unsoed unik banget, menitikberatkan pada kesejahteraan pedesaan. Banyak banget penelitian tentang spesies indigenous.  Tau kan spesies indigenous? Simpelnya sih spesies asli daerah tersebut/spesies lokal yang memang sudah ada sejak dahulu kala. Kalo kata wikipedia sih :


"In biogeography, a species is defined as indigenous to a given region or ecosystem if its presence in that region is the result of only natural process, with no human intervention.."
Dari jaman SMA udah seneng banget sama biologi. Sering ikut-ikut lomba cerdas cermat biologi (ya meskipun ga pernah menang hehe). 
"fastidious organism is any organism that has a complex nutritional requirement. In other words, a fastidious organism will only grow when specific nutrients are included in its diet. The more restrictive term fastidious microorganism is often used in the field of microbiology to describe microorganisms that will grow only if special nutrients are present in their culture medium.."

You know what? karena banyak laboratorium rumah sakit yang ternyata masih kurang bahkan belum bisa mengisolasi fastidous bacteriai ini, seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (next blog insyaAllah bakal bahas tips and trick untuk isolasi dan identifikasi dua bakteri ini). Gue berharap, sangat berharap bisa memberikan kontribusi di bagian ini. Gue mau seluruh rumah sakit bisa mengisolasi dua bakteri ini. Kenapa? karena dua bakteri ini sering banget menjadi penyebab penyakit-penyakit serius seperti meningitis dan pneumonia. Penyakit yang common banget ditemukan pada anak-anak atau elderly. 

"Pneumococcal disease is an infection caused by Streptococcus pneumoniae bacteria (“pneumococcus”).  These bacteria can cause many types of illnesses, including: pneumonia (infection of the lungs), ear infections, sinus infections, meningitis (infection of the covering around the brain and spinal cord), and bacteremia (blood stream infection).." 

Kebayang nggak sih kalo ternyata ada orang yang kena bacterial meningitis/pneumonia tapi ga bisa kedetect bakteri penyebabnya. Gimana kalau ternyata antibiotik yang diberikan kurang tepat? Hal-hal begini kadang bikin gue resah sendiri. Semoga diri gue sendiri bisa memberikan kontribusi yang nyata untuk Bangsa Indonesia. Kalian juga ya teman-teman. Bagaimanapun bentuknya, sekecil apapun, menurut gue kita harus banget memberikan 'sesuatu' untuk Ibu Pertiwi. Demi Indonesia yang makin maju, makin sejahtera!


Saat kuliah gue lebih minat ke bagian medis dan molekuler, jadi dulu lebih suka ambil Mata Kuliah Pilihan (MKP) seperti virologi, endokrinologi, biologi reproduksi dan lain-lain. Satu yang gue agak nyesel ga sempet ngambil adalah bakteriologi, soalnya gue udah keburu harus ke Jakarta untuk memulai penelitian di salah satu lembaga pemerintahan. Penelitian gue dulu tentang imunogenisitas kandidat vaksin pneumokokus. Daaan 3 bulan setelah lulus alhamdulillah ditawarin buat gabung bareng di Laboratorium Bakteriologi Molekuler. Alhamdulillah juga sambil kerja disana, gue bisa sambil menyusun draft publikasi dari penelitian gue dulu (ya meskipun nambahin dibeberapa bagian doang ga banyak, masih belajar banget nih). Jadi peraturan dulu di kampus gue memang seluruh skripsi akan dipublikasi, sehingga pembimbing gue (yang sekarang jadi kepala lab tempat gue bekerja) sudah bilang dari awal kalau bachelor thesis gue bakal di publikasi sendiri, jadi beliau sudah mengingatkan untuk tidak mempublish-nya terlebih dahulu. Meskipun masih jadi co-author, gue seneng banget karena ini jadi publikasi pertama gue. InsyaAllah mau terus menerus belajar untuk membuat publikasi ilmiah, ternyata ga gampang. Kemarin aja gue sempet bengong berlama-lama, satu minggu ga ngela demi menyelesaikan draft publikasi yang mulai mendekati deadline. Berterima kasih sekali untuk kepala lab gue yang mau membimbing diri ini yang tak tahu apa-apa tentang 'bagaimana membuat publikasi yang benar'. Merasakan nulis-revisi lagi-nulis-revisi lagi. Boleh dilihat disini http://www.futuremedicine.com/doi/abs/10.2217/nnm-2016-0306 untuk publikasi pertama gue. Mencoba membanggakan orangtua, terus kasih papernya ke mami, komentarnya "ini apa de? emang hasil penelitian kaya gini ya" ya begitulah jadi anak IPA satu-satunya di keluarga. Oke lanjut, semakin lama belerja di lab akhirnya gue makin cinta sama sains, terutama yang berhubungan dengan fastidious bacteria. Apa itu fastidious? Menurut wikipedia:



https://wwwnc.cdc.gov/travel/diseases/pneumococcal-disease-streptococcus-pneumoniae


Selain hal-hal berbau sains yang kadang bikin pembaca pusing hehe. Gue juga suka banget seni/art. Tapi di bagian sastranya. Puisi tepatnya. Dari jaman SD gue seneng banget ngirim puisi ke majalah bobo. Tapi gue kurang bisa kalo disuruh mewarnai dan menggambar. Entahlah dari TK sampai SMA kok kayanya untuk gambar menggambar gue ga ahli banget. Tapi kalo sudah puisi, gue bakal jadi yang pertama nunjuk tangan saat guru menawarkan "Ada yang mau bacain puisinya..?"
Begitulah diri gue. I am the marriage between sains and art. Thats why gue namain blognya "Sainsart" :)

Kata temen kantor gue juga seorang 'romantic girl' karena gue seneng banget bikin kalimat-kalimat indah bak pujangga tsadees hehe
Bahkan jaman SMP gue punya buku yang isinya puisi gue semua. Gue nulis puisi hampir tiap hari! Entah lah gue suka banget merangkai kata-kata dan menggambarkan perasaan sendiri.
Gue juga suka banget baca buku-buku karya Fahd Pahdepie dan Sapardi Djoko Damono. Duo favorit gue banget! Kalimat yang beliau tulis berdua bener-bener bikin 'nyes' di hati dan bisa bikin gue relax setelah kerja di lab seharian. Next blog insyaAllah mau nulis review bukunya Bang Fahd yang baru "Angan Senja dan Senyum Pagi". Banyak janji nih semoga ga males nulis blog-blog berikutnya.




Read More

Minggu, 05 Maret 2017

Take Me back to Lombok, Please!

Jika kalian berpikir lautan yang indah hanya ada di Maldives. Kalian salah besar. Indonesia punya yang lebih dari Maldives! Indonesia itu INDAH BANGET!
Disini saya mau sharing tentang perjalanan dinas saya ke Lombok pada Agustus tahun 2016 lalu. Saya bersama teman-teman lab ditugaskan dari kantor untuk ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kami sampling moluska dan beberapa rumput laut untuk diekstrak dan uji aktivitas antibakterinya. Eksplorasi antimikroba dari organisme laut, tepatnya. Sekaligus melakukan laboratory assessment salah satu rumah sakit di Lombok. Kami kesana sekitar 4 atau 5 hari (saya agak lupa karna baru menuliskan di blog ini beberapa bulan kemudian hehe). Kami sampling di Pantai Kecinan. Pintu masuk pantai ini tidak terlalu 'terlihat', tidak seperti pintu masuk sebenarnya karena ditutupi pohon-pohon kelapa. Beruntung salah satu dari kami memiliki kenalan orang Lombok asli, yang lulus dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Undip. Dari beliaulah kami mendapat rekomendasi pantai mana yang cocok untuk dijadikan tempat sampling. Sampling kami lakukan dari sekitar jam 10 hingga jam 2 siang. Setelah itu kami sempatkan snorkeling dan dunia bawah lautnya keren abisss! Pantai kecinan ini tidak seperti Pantai Senggigi yang sudah kurang begitu bagus, dilihat dari warna airnya yang sudah kecokelatan. Di Pantai Kecinan, tinggi air yang baru setengah lutut pun ikannya sudah banyak. Terumbu karangnya sangat memesona, banyak ikan dengan berbagai bentuk dan warna. Alat snorkeling membuat saya cukup pede untuk berenang hingga ke tengah. Saya juga tidak berani terlalu jauh, karena saya tidak bisa berenang hehe

Saya juga beruntung karena sempat berkujung ke Bukit Merese. Kita dapat menikmati birunya lautan dari atas bukit ini. Ditemani angin yang cukup kencang, deru ombak, dan kilauan sinar matahari. Saya rasa ini adalah cara sempurna untuk menikmati lautan. Sepanjang mata memandang, lautan terbentang luas, gundukan bukit yang lebih terlihat seperti gurun dan hewan memamah biak  yang sedang menikmati rumputnya. Saat itu cukup terik karena kami datang sekitar pukul 2 siang. Perjalanan naik bukit juga cukup mudah, hanya menanjak biasa dengan sedikit batu-batu kecil.
Sedangkan untuk sunset kami menikmatinya di Bukit Malimbu. Untuk yang disini, saya kehabisan kata-kata untuk menjabarkannya. BAGUS BANGEET YA ALLAH! Maha Suci Allah yang mengatur pemandangan sedemikian indahnya. Sepanjang mata memandang, lautan terbentang luas dan matahari mulai tenggelam perlahan dengan indahnya. Silahkan coba menikmati sunset di Bukit Malimbu karena saya tak cukup mampu menggambarkan keindahannya.

Untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Kami direkomendasikan  untuk membeli di toko.....toko apa ya saya agak lupa, yang saya ingat letak tokonya tepat di sebrang toko sasaku yang baru. Kaos-kaos lombok murah bisa diborong di tempat itu. Harga yang membedakan hanya ukurannya saja. Misal ukuran M Rp20.000-, maka yang L jadi Rp.30.000-,. Untuk merk dan ukuran yang sama, jika dibeli di bandara harganya menjadi Rp50.000-, untuk kaos ukuran M. Ada banyak pernak pernik juga seperti gantungan kunci, sajadah, magnet kulkas.
Sekian tentang Lombok. Mari bawa keluarga masing-masing untuk berlibur di Lombok. Ga akan nyesel!

Bukit Merese

Menikmati sunset di Bukit Malimbu

Sehabis sampling di Pantai Kecinan

Processing sampel 


Read More