Baru lima hari meninggalkan rumah, tapi sudah rindu sekali dengan Ibu. Rindu wajah kantuknya yang menemaniku makan malam sepulang kerja. Rindu makan satu piring bersamanya, entah mengapa meskipun masakan yang kumakan sama, saat itu ada di piring ibu, kelezatannya akan bertambah berkali-kali lipat. Aku rindu makan nasi uduk pecel lele yang sengaja aku beli sepulang kerja.
"Mam aku bawa nasi uduk pecel lele, ayo makan"
Kemudian ibu akan terbangun dengan wajah kantuknya dan melahap dengan gembira nasi uduk pecel lele yang telah aku beli. Seperti biasa, ibu pandai sekali menyembunyikan keinginannya, meskipun aku sudah sebesar ini, sudah 24 tahun.
"Makan aja lelenya de, mamah kenyang. Mamah makan tempe aja.."
Padahal aku tahu ibu juga belum makan malam.
Aku rindu masakannya. Sayur asem, ikan goreng, krecek kacang kedelai, rendang, sambal tempe, sop ayam kampung, apapun yang tidak bisa digantikan dengan tangan orang lain. Berganti tangan, juga berarti berganti rasa. Meski resep dan takarannya sama. Masakan ibu tak pernah tergantikan.
Aku rindu obrolan tiap malam sebelum tidur. Sehabis kerja aku selalu menyempatkan memijit kaki ibu, kemudian kami akan bercerita apa saja. Saat itu aku berfikir sebenarnya hal yang ibu butuhkan bukan hanya sekedar materi atau kehadiran yang kosong (kau hadir tapi seperti tidak ada). Ibu mungkin telah memendam banyak rasa. Saat kita kecil, Ibu menahan amarahnya, menelan rasa kecewanya, menjaga lisahnnya, agar apa-apa yang keluar dari mulutnya hanyalah doa bagi anaknya, bukan serapah atau kutukan, yang kau tentu tau, Yang Maha Kuasa akan mudah sekali mengabulkannya. Percayalah bahwa ibu menahannya, agar yang baik-baik saja untuk dirimu.
Kemudian menurutku yang Ibu butuhkan adalah tempat mendengar, tempat mengalirkan keluh kesahnya yang mungkin bertahun-tahun sengaja dia pendam, atau mungkin memang tak ada waktu untuk diceritakan. Ibu butuh teman berbicara, ibu butuh seseorang yang membuatnya tertawa, yang mendengarkannya kapan saja.
Itulah mengapa selelah apapun aku sepulang bekerja, meski sebelumnya harus menghadapai serbuan penumpang manggarai, didahului kereta jawa, atau gangguan sinyal di stasiun besar. Aku tidak peduli. Aku akan menyempatkannya untuk ibu.
Maka dari itu, jika suatu saat aku menikah, aku tak tahu apakah ibu masih mendapatkan teman berbicaranya atau tidak. Apakah ada yang memijit kakinya setiap malam?
Ibu, selama 3 bulan ini bersabarlah. Aku akan kembali dan memijit kakimu lagi!
- Atlanta, United States of America
Selasa, 22 Agustus 2017
Me and my mom, smile!
Come on mom, put our glasses on :)


0 komentar:
Posting Komentar